Don't Copy

Tuesday, November 23, 2010

Hand Gun: size Does matter

M1911 adalah model yang sering disebut "old reliable" atau "old yel" merupakan senjata yang telah terbukti handal di 5 perang besar. Sebut saja WW1, WW2, Korean war, Vietnam war dan terakhir di Iraq/Afghan war. Dari beberapa perang besar tersebut membuktikan bahwa senjata dengan sistem ini ibarat manusia memang telah berusia sangat lanjut, yaitu dalam tiga tahun mendatang genap berusia 100 tahun. Tetapi masih merupakan work-horse untuk side-arm bagi pasukan pemukul reaksi cepat di garis depan.

Saat ini di US military, yang mempunyai standar pistol M9 Beretta yang berkaliber 9mm. Diadopsi dari senjata genggam buatan Beretta 92
.
  • Caliber: 9 ×19 mm NATO FMJ (Full Metal Jacketed)
  • Panjang: 8.54" (217 mm)
  • Panjang Barrel: 4.92" (125 mm)
  • Berat: 2.1 lb (unloaded); 2.56 lb (1.145 kg)
  • Kapasitas peluru: 15 + 1
  • Magazen: 15 round box
  • Jenis mekanisme tembak: DA/SA
  • Kecepatan muzzle: 1160 ft/s (353 m/s)
  • Safeties: Ambidextrous manual safety/de-cocker
  • Sights: Blade front dengan Notch rear
  • Max Effective Range: 60 m




Hanya saja masalahnya adalah, praktik di medan tempur justru mendiktekan bahwa yang dibutuhkan secara mutlak adalah "Stopping power". Terutama dengan taktik perang kota atau disebut MOUT (Military Operation on Urban Terrain), yang jarak tempur justru tidak lebih dari 50 meter dari satu pintu ke pintu lain, maka dibutuhkan suatu side-arm yang cukup terpercaya. Dimana dengan dua atau lebih tembakan ke arah center-mass akan menjatuhkan oposan (musuh) secara prima. Itu sebabnya mengapa saat ini, para operator pasukan khusus US Marines kembali ke konsep lama yaitu dengan merevitalisasi "old reliable" .45 cal M1911-A1

Banyak Pro dan Kontra antara pemilihan caliber atas side-arm ini. Untuk kalangan yang progressive mereka cenderung memilih M9 Beretta karena dengan beberapa alasan yang cukup kuat argumentasinya. Yaitu:

  1. Dapat membawa peluru lebih banyak
  2. Mempunyai muzzle velocity yang tinggi
  3. Standar tempur amunisi anggota NATO sehingga melimpah
  4. Mempunyai jarak effektif lebih dari .45 cal (M1911A1)
  5. Mempunyai tingkat presisi lebih dari .45 cal (M1911A1).
Jika kita bandingkan dengan alasan diatas maka M1911A1 adalah kebalikan dari itu semua, kecuali nomor 5 yang sebenarnya tergantung dari kemampuan operator itu sendiri. US Marines hingga saat ini merupakan cabang militer US yang menerapkan standar kemampuan menembak yang tertinggi bagi seluruh Marinir tanpa kecuali, mengingat bahwa US Marine adalah "First and Foremost, a Rifleman". Tetapi yang utama dari kelima faktor diatas hanya ada satu keunggulan mutlak M1911A1 yaitu terletak pada STOPPING POWER.

Dalam hemat saya setiap anggota US Marines sehubungan tentang senjata adalah murni Traditionalists. Artinya, efektivitas dalam suppressive-fire tergantung dengan besar kekuatan senjata. Sehingga jumlah pasukan boleh relatif kecil agar effisien tetapi daya pukul harus maksimal. Lebih jauh, saya menganggap diri saya adalah "old-school" terutama dalam hal senjata. Size DOES matter, bigger gun means business.

Dari pengalaman saya selama beberapa operasi khusus terutama di pegunungan Afghan dan gurun Iraq, dalam menjalankan taktik MOUT di perkotaan, saya selalu memakai senjata .45 cal modifikasi baru buatan Kimber Pro.

Sekali lagi, didalam kondisi jarak tembak effektif di ruang sempit, hand-gun merupakan senjata yang handal untuk operasi gerak cepat seperti room-clearing. Biasanya oposan (musuh) memakai AK47 yang sedikit menurunkan kecepatan reaksi tembak. Perbedaan seper-sekian detik inilah yang ditangan para professional merupakan advantage edge untuk menjatuhkan lawan. Sehingga penekanannya sekarang adalah tehnik dengan satu tembakan harus merubuhkan lawan secara prima tanpa memberi kesempatan lawan untuk membalas tembakan. Seperti dictum US Marine "One shot, one kill"

M9 Beretta memang mempunyai kapasitas peluru lebih, kecepatan muzzle tinggi sehingga menjamin ketepatan tembakan dalam jarak tembak effektif. Tetapi ada efek-samping yang tidak diperhitungkan selama ini, yaitu oposan (musuh) tidak langsung immobile saat ditembak, sekalipun ditembak hingga tiga kali ke arah critical center-mass.
Karena kecepatan peluru yang tinggi, momen energi menjadi terkonsentrasi pada laju percepatan peluru. Sehingga peluru menembus tubuh oposan (over penetration). Yang akan memungkinkan reaksi lawan untuk membalas tembakan sebelum immobile secara prima.

Berbeda dengan peluru pistol berkaliber besar seperti .357cal Magnum, .40cal S&W ataupun .45cal ACP cukup berpengaruh dalam menentukan immobilitas lawan dengan kurang dari tiga tembakan ke arah critical center-mass. Melulu akibat momen energi yang dihasilkan akibat tingginya power dengan kecepatan yang relatif rendah, akan mengakibatkan Wound capacity (robekan tissue danging) yang tinggi. Sehingga dengan satu atau dua tembakan praktis akan membuat musuh immobile secara prima.

Dalam pandangan saya, inilah salah satu kunci utama dalam tehnik tempur modern yang bersifat fluid dan cepat. Karena perimbangan secara matematis diatas kertas berondongan tembakan Infantry service Rifle semacam AK47 yang berpeluru 7.62x39 atau setara .30 cal ini bukanlah lawan seimbang dengan pistol. Apalagi dengan pistol berkaliber 9mm semacam Beretta. Tetapi dilawan dengan kelincahan gerak operator dan pistol berkaliber besar yang dapat menjamin tembakan yang berakibat immobilitas musuh secara permanen dan relatif cepat, setidaknya menyamakan perimbangan atau bahkan melebihi oposan dengan koordinasi operator yang handal.

Semper Fi,


DISCLAIMER: Paparan ini ditujukan sebagai perbandingan senjata dalam konsep Militer berdasarkan pengalaman penulis. Bukan sebagai sarana promosi, literasi tindakan kekerasan, dsb. Penulis tidak bertanggung jawab jika paparan ini digunakan sebagai sarana tindak kejahatan. Reader discretion is strongly advised.

Sumber;
http://hhsamosir.blogspot.com/2008/05/hand-gun-size-does-matter_12.html#links

No comments:

Post a Comment